My First Love


           Berawal pada tahun 2008. Saat itu, aku seorang Anggi Pratiwi masih duduk di bangku Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Kotabumi. Masa-masa pubertas baru saja dimulai. Saat itu pula aku baru mengenal kehidupan sebagai remaja yang pada umumnya telah mengenal teman lawan jenis. Sebelumnya aku hanya disibukkan dengan tugas-tugas sekolah yang banyak, sehingga tidak terpikir tentang cinta kepada lawan jenis dan mempunyai pacar. Aku berbeda dengan teman-teman, umumnya mereka telah mengenal pacaran sajak SMP. Saat aku SMP tidak ada sedikitpun rasa untuk memepunyai pacar seperti kebanyakan dari mereka. Mungkin karena aku agak sedikit tomboi, jadi teman laki-laki itu ku anggap sabagai teman yang kadang menjadi lawan berkelahi. Adapun salah satu dari mereka yang pernah ada feeling denganku, aku hanya tertawa dan mengabaikannya begitu saja.
            
              Ketika aku masuk ke SMK, aku mulai merubah penampilan. Aku sebagai seorang remaja muslim sadar akan kewajiban menutup aurat, sehingga aku memutuskan untuk bersekolah mengenakan jilbab. Sejak saat itu aku juga merubah perilaku ku sebagai seorang remaja putri yang penuh dengan rasa ingin tahu. Aku mulai mengenal yang namanya pacaran pada awal kelas XI. Saat itu temanku memeperkenalkanku dengan salah satu teman sekelasnya. Kebetulan kami berbeda sekolah, dia bersekolah di SMA 2 Kotabumi. Saat itu kami berkenalan hanya melalui Handphone, kami hanya SMSan.

            Awalnya kami berkenalan tanpa mengetahui bagaimana bentuk wajahnya. Sedikit penasaran, tapi aku pikir tidak masalah bagaimanapun wujud aslinya. Dia bernama Denni, saat itu dia berada satu tingkat diatasku. Hampir setiap hari kami SMSan, dia orang yang baik dan sedikit bersikap dingin dengan perempuan. Sekian lama aku memperhatikannya, dan aku semakin paham bagaimana sikap, sifat dan karakternya. Dia tidak seperti kebanyakan anak laki-laki lainnya. Dia begitu pendiam dan misterius atau sulit untuk ditebak.

            Beberapa bulan sudah kami berkenalan dan SMSan. Saat itu kami baru mengenal jejaring sosial Facebook, dan belum trend atau belum banyak yang mengenal facebook seperti saat ini. Aku menganjurkan dia untuk membuat akun facebook karena saat itu belum terlalu populer. Disisi lain aku juga ingin sekali melihat fotonya. Tetapi saat itu dia tidak menggunakan foto aslinya, melainkan hanya menggunakan sebuah foto animasi kartun. Semakin penasaran ku dibuatnya.

“Apa dia juga penasaran ya kepadaku?. Ah, mungkin aja enggak.” Kata hatiku.

 Kemudian aku pun memberanikan diri untuk memintanya mengupload foto wajahnya. Dia membalas SMS saya dengan sebuah senyuman dan menganjurkan agar saya terlebih dahulu yang mengupload foto saya. Entah tidak tahu mengapa saya langsung saja melakukan apa yang dianjurkan olehnya.

“Kak, upload sih foto kakak itu!” kataku.
“Iya, nanti aku upload fotonya. Tapi, foto kamu dulu ya yang diupload.” Jawabnya santai.
“Hmm..gimana ya. Ya udah deh kak, nanti aku upload fotoku.”
“Oke deh.” Balasnya.

            Foto pun telah berhasil ku upload, aku memberitahukannya bahwa aku telah melakukan apa yang dia anjurkan, kemudian aku menagih janjinya yang akan mengupload fotonya. Dan ia pun menepati janjinya.

“Wajah yang manis”, terucap didalam hatiku saat melihat fotonya.
 “Apa dia juga ngerasain seperti yang aku rasain ya pas lihat fotoku?”. Sebuah pertanyaan yang menggelikan. Aku hanya tersenyum membayangkannya.

            Setengah tahun sudah kami menjalin komunikasi. Aku merasakan sesuatu yang sebelumnya belum pernah ku rasakan. Rasanya hati begitu bahagia saat Denni SMS aku, dan saat sehari saja dia tidak SMS, entah mengapa hatiku menjadi gelisah tidak karuan. Mungkin karena kami terbiasa SMSan. Kata orang jawa, Weteng tresno jalaran seko kulino. Cinta datang karena terbiasa. Dalam hati kecil ku lahir seribu pertanyaan,

“Apa ini yang dinamain cinta?”. Hingga rasa itu terbukti jika aku benar menyukainya. “Apa yang telah terjadi? Ya Allah, akankah rasa ini terbalas? Apakah dia juga merasakan hal yang sama?.”

            Setiap hari aku semakin penasaran dengan seluk beluknya. Aku bertanya kepada teman saya tentang bagaimana keadaan dia, bagaimana keluarganya, dan masih banyak lagi. Ternyata dia dari keluarga yang berada. Aku sempat berkecil hati, dan mengurungkan perasaanku ini kepadanya. Betapa tidak, aku terlahir dari keluarga seorang petani, dan bukan dari kalangan orang yang berada.

“Apakah mungkin dia dan keluarganya mau menerimaku?”. Lagi-lagi hati ini mengajukan pertanyaan.

 Rasa ini biar kupendam saja, dan mungkin tidak ada seorangpun yang tahu. Tapi, sungguh sakit rasanya memendam perasaan cinta terhadap seseorang. Hingga suatu ketika aku melihat ada seorang perempuan mengomentari sebuah foto di album facebook milik Denni, hati ini rasanya sangat tidak menyukai perempuan itu, aku jealous!. Padahal posisi Denni saat itu belum menjadi pacarku.

“Alangkah bodoh!, apa yang udah aku lakuin?, Denni bukan siapa-siapaku, jadi buat apa aku jealous.” Ngomel sendiri.

Rasa itu masih tersimpan dihati ini, entah sampai kapan ku mampu mengungkapkan rasa ini kepadanya. Suatu ketika, setelah hampir satu tahun kami menjalin komunikasi, ada yang berbeda pada sikap dan perilakunya kepadaku. Denni terlihat lebih peduli kepadaku, bahkan dia pernah berkata kepadaku,

“Ada yang kurang kalau kamu enggak SMS.” Sungguh bahagia saat itu.
“Apakah cintaku akan terbalas?” pikirku.

Hari demi hari kurasakan adanya perubahan darinya. Hingga pada suatu hari dia pernah memanggilku dengan sebutan “sayang”, aku terkejut bukan main. Rasanya, hati ini seperti ingin meledak. Betapa bahagianya malam itu. Pagi harinya saya menceritakan semua tentang apa yang terjadi malam itu  kepada teman sebangku aku di sekolah, kemudian dia munyuruhku menanyakan apa maksud Denni memanggilku dengan sebutan seperti itu. Kemudian aku pun mengiyakan  apa yang dia katakan. Dengan hati yang deg-degan, aku memberanikan diri bertanya kepada Denni apakah maksudnya memanggilku dengan sebutan “sayang”. Setelah menunggu beberapa lama, handphone saya bergetar, ternyata ada satu pasan dari Denni. Hati pun semakin berdegup kencang bagai genderang mau perang, seperti salah satu lirik lagu milik Ahmad Dani. Dengan hati yang berasa seperti permen Nano-nano yang rame rasanya, aku membuka pesan itu, dan ternyata... dia hanya membalas dengan sebuah simbol smile yang ada di handphone.

“Uh, sebel banget rasanya.” Dalam hati saya.
 Tetapi tak lama kemudian Denni mengirimkan satu buah pesan lagi. Dia mengatakan,
“Apa kamu nyaman dipanggilan begitu?”
 Aku pun hanya membalas dengan simbol smile.
“Kalau kamu merasa nyaman aku panggil begitu, apa aku boleh manggil kamu begitu?, Dan apa aku boleh sayang sama kamu?”

Serasa bumi terbelah dua, aku tidak mampu berkata-kata lagi dan bingung harus menjawab bagaimana. Akhirnya aku mengajukan pertanyaan kepadanya,

“Apa kakak mau menerima keadaanku yang mungkin enggak sepadan dengan keadaanmu?, kita juga belum pernah ketemu, apa kakak mau terima aku dengan segala kekurangan ini?”
Dia mengatakan,
“Kita manusia sama aja, enggak ada yang membedakan kecuali amal shalehnya, insya Allah aku akan terima kamu apa adanya dan saya enggak akan nuntut  kamu lebih, kamu sendiri gimana?, apa kamu juga bisa terima aku apa adanya?. Kalau kamu belum tau jawabannya, aku kasih waktu kok buat kamu mikirin jawaban atas pertanyaanku tadi”. Semakin luluh tak berdaya hati ini dibuatnya.

Pada hari itu juga, tepatnya pada tanggal  24 Mei 2010, aku menerimanya sebagai teman pribadi, bisa dibilang pacar. Sungguh bahagia rasaku terbalas. Aku memutuskan untuk memilihnya sebagai pacar aku walaupun raga belum pernah berjumpa, mungkin karena dengan sikap dan gaya bicaranya, dia telah mampu menyihir hati aku. Aku bisa merasakan jika Denni adalah orang yang baik dan sholeh, terlihat dari setiap tutur katanya saat berbicara denganku. Kami memulai semuanya dengan begitu indah. Kesan yang indah untuk dikenang.

Belum lama kami pacaran, dia sudah lulus sekolah dan akan melanjutkan ke perguruan tinggi. Dia memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya ke Institut Tekhnologi Sepuluh November (ITS) di Surabaya. Sedikit muncul rasa sedih di dalam hati ini. Namun demi cita-cita dan masa depannya, aku pun turut mendukung keputusannya.

Kami memutuskan untuk bertemu pada saat hari raya Idul Fitri 1431 H. Denni datang kerumahku untuk pertama kalinya. Aku hanya memberinya alamat, dan dia berusaha menemukan rumahku meskipun dengan perjuangan karena dia belum mengetahui dimana rumahku sebelumnya.

Akhirnya, kami pun bertemu. Rasa hati tidak karuan, deg-degan, penasaran, senang, bercampur menjadi satu. Saat bertemu, kami bersalaman dan duduk diruang tamu. Kami saling terdiam, tidak tahu entah apa yang akan dibicarakan. Setelah lama terdiam, aku memecahkan kesunyian itu dengan menyodorkan sebuah pertanyaan padanya. Dia menjawabnya dengan sedikit malu. Saat sunyi terdiam seribu kata kembali tarulang, entah tidak tahu apa yang ada dipikiran kami saat itu. Kebetulan lebaran saat itu adalah hari jum’at, sehingga Denni memutuskan untuk pergi ke masjid dekat dengan rumahku untuk menunaikan shalat jum’at karena hari menjelang siang.

Selepas shalat jum’at Denni kembali kerumahku, dia mengajakku bersilaturahmi kerumah temanku. Tetapi aku harus meminta izin terlebih dahulu kepada orang tua ku. Setelah mendapatkan izin, kami memutuskan untuk berangkat. Perasaanku tentu senang saat itu.

”apakah dia merasakan hal yang sama?”

Pertanyaan itu muncul kembali. Dan kami pun telah sampai dirumah salah satu temanku. Tak terasa waktupun berjalan begitu cepat dan terasa singkat. Akhirnya kami pulang karena hari telah sore dan juga karena ibuku berulang kali mengirimkan SMS menanyakan sudah pulang atau belum.
Beberap hari setelah kami bertemu, Denni datang kembali kerumahku, dia mengatakan,
 ”Aku pamit ya, besok aku mau berangkat ke Surabaya, baik-baik ya di sini, insya Allah aku pulang pas liburan semesteran.”

Sambil menyerahkan beberapa batang cokelat kepadaku, karena dia tahu kalau aku sangat menggemari cokelat. Perasaan sedih tentu saja ada. Bagaimana tidak, kami baru saja bertemu dan kini kami akan berpisah kembali. Aku hanya berpesan,

“Jangan lupa sholat, jaga kesehatan dan jaga hati saat disana ya kak.”
Dia tersenyum dan berkata,
 “Tentu aja.”

Akhirnya, keesokkan harinya Denni pergi ke Surabaya, tetapi aku tidak ikut melepas kepergiannya. Aku hanya bisa berkomunikasi lewat SMS. Dan aku menjalani hari-hari seperti biasanya, tanpa ada dia disini. Dan menunggu kedatangannya enam bulan yang akan datang. Itulah waktu yang musti kami tempuh untuk dapat bertemu kembali, karena Denni pulang ke Lampung hanya saat libur semester saja.

Enam bulan berjalan begitu cepat, Denni kembali ke Lampung. Aku merasa senang karena akan bertemu dengannya lagi. Saat itu aku sudah berada di kelas XII, sehingga aku sering di jemputnya saat pulang les di sekolah. Saat itu, dia sering membelikan saya ice cream dan cokelat. Dia hanya libur  2 minggu, jadi terasa sangat singkat. Dan itu terjadi terus menerus hingga sekarang.

Tidak terasa, pada tanggal 24 Mei 2011, setahun sudah perjalanan kami. Dihari itu kami merasa bahagia, beribu harapan telah dimunajatkan kepada Allah SWT.

Ya Allah…
Jadikanlah hubungan kami tidak melebihi batasan larangan-laranganMu
Mendapatkan berkah dan Ridho dariMu
 Semoga cinta kami tak melebihi cinta kepadaMu dan cinta kepada rosulMu

Saat liburan semester dua, liburannya cukup lama, kira-kira sekitar 2 bulan lamanya, sekaligus libur bulan Ramadhan. Saat itu juga aku telah lulus dari SMK, dan aku pun sudah diterima di STAIN Jurai Siwo Metro pada prodi Ekonomi Islam. Ketika akan melakukan daftar ulang, aku di hantarnya ke kota Metro. Dia menemaniku daftar ulang dari awal hingga selesai. Terkadang dia terlihat lelah dan sesekali aku memintanya untuk duduk saja. Siang itu turun hujan yang cukup lebat sehingga agak menghambat proses daftar ulang sehingga kami selesai pada pukul 14.30 WIB. Akhirnya kami memutuskan untuk segera pulang karena hari sudah sore dan jarak antara kota Metro dan Kotabumi cukup jauh.

Entah tidak tahu mengapa aku merasa nyaman dan bahagia saat bersamanya. Dia begitu baik kepadaku. Sebelumnya, aku belum pernah temukan orang sebaik dia. Dia begitu mengertiku, perhatian, dan masih banyak lagi kebaikan-kebaikan yang aku temukan pada dirinya. Kali ini aku benar-banar merasakan adanya cinta yang tulus untukku.

Pada tanggal 26 Juli 2011 yang lalu, usiaku genap 18 tahun. Tetapi aku tidak dapat bertemu dengannya dikarenakan saat itu aku sedang mengikuti OPAK di STAIN Jurai Siwo Metro. Mungkin dia cukup kecewa, tapi itu semua tidak bisa diganggu gugat.

“Kak, maaf ya. Aku enggak bisa ketemu kakak pas hari ulang tahunku. Ya, mau gimana lagi, ini juga kepentingan kampus kak.” Kataku.
“Iya, enggak apa-apa  kok.” Jawabnya.
“makasih ya kak udah mau mengerti aku.” Ucapku.
“iya sayang, sama-sama.” Sahutnya sambil tersenyum.

 Tepat pukul 00.00 WIB, Denni mengirimkan ucapan selamat ulang tahun untukku, sebuah kata-kata sederhana yang dia ciptakan untukku.

Detik berlalu tanpa atau dengan kau beri makna
Jam berganti tanpa atau dengan pedulimu
Hari-hari bergati tanpa atau dengan tanpa baktimu
Selamat ulang tahun ku ucapkan kepadamu kekasihku
Meski tak semahal berlian
 Meskipun tak sewangi bunga mawar
Juga tak seindah rangkaian puisi
Hanya kalimat sederhana yang mampu ku buat
Dengan do’a disetiap kata yang terucap
Bergeraklah perlahan wahai sang waktu
Berhentilah sejenak walau tuk sekali ini saja
Karena sedetikpun aku tak boleh terlambat
Kadang hadiah terbaik datang dari sebuah pemahaman
Maka renungkanlah sejenak dihari kelahiranmu
Kini dirimu telah tumbuh dewasa
Happy birthday sayang
Semoga senantiasa sehat selalu dan berada dalam lindunganNya.
Amin.

Aku senang sekali, meskipun aku tidak dapat bertemu dengannya di hari bahagia itu. Setelah OPAK selesai, aku langsung pulang ke Kotabumi. Saat itu dia mengatakan akan menjemputku pulang kerumah ketika saya sampai gang menuju rumahku. Tetapi ternyata dia tertidur dan tidak menjemputku. Aku sempat kecewa saat itu, dia meminta maaf kapadaku karena dia tidak sengaja tertidur. Entah tidak tahu kenapa, aku menjadi marah kepadanya. Mungkin rasa kecewaku ini yang membuatku sangat marah kepadanya. Tetapi dengan sabarnya, dia meminta maaf kepadaku, hingga membuatku menangis di depannya. Dia pun tampak bingung ketika  aku menangis di hadapannya dan berusaha untuk menenangkan hatiku. Hingga akhirnya semua masalah terselesaikan.

Saat memasuki bulan Ramadhan, kami sering bertemu untuk berkeliling-keliling saja, dengan kata lain ngabuburit. Biasanya kami pergi ke taman kota, atau kami hanya berkeliling-keliling saja. Seperti biasanya, dia menjemputku pukul 16.00 WIB dengan mengendarai motor. Tidak jarang kami singgah untuk membeli makanan untuk berbuka puasa. Dia juga memberikan sebuah boneka Teddy Bear besar berwarna biru muda sebagai hadiah ulang tahun untukku. Aku merasa dia sangat menyayangiku.

Saat pertengahan bulan Ramadhan dia bertanya,
“Kamu mau enggak aku ajak ke rumah pas lebaran?, sekalian kenalan sama keluarga, biar akrab gitu.” Tentu aku kaget.
“Hmm, gimana ya kak?. Aku malu sama keluarga kakak.”
“Kenapa mesti malu to?” jawabnya dengan cepat.
“Ya…aku malu aja kak.”
“Udah, tenang aja. Keluargaku biasa-biasa aja kok, enggak kayak yang kamu pikirin.” Tegasnya.
“Ya udah deh, aku mau kak.”
“Nah, gitu dong dari tadi.” Sahutnya sambil tersenyum.

Dan hari itu akhirnya tiba, hari terakhir puasa di bulan Ramadhan. Rasa bahagia karena besok lebaran tetapi bercampur galau karena jika  besok lebaran, berarti aku akan bertemu dengan keluarganya. Tetapi pada malam yang seharusnya menjadi malam takbir itu tiba-tiba dikagetkan dengan keluarnya keputusan bahwa 1 Syawal 1432 H jatuh satu hari yang akan datang . Walaupun lebaran dimundurkan, aku senang karena setidaknya rasa deg-degan ini berkurang.

Akhirnya, saat itu tiba. Malam puncak 1 Syawal, malam dimana seluruh umat islam mengumandangkan takbir. Malam yang begitu indah, malam yang penuh dengan suka cita, malam kemenangan bagi umat islam. Pagi hari yang luar biasa pada 1 Syawal, dimana saat membuka mata, disambut dengan alunan-alunan takbir yang menggema. Subhanallah, sugguh nikmat rasanya jika setiap hari seperti pagi 1 Syawal.

Selepas shalat Ied di masjid, Denni menghubungiku, mengucapkan mohon maaf lahir dan batin. Disaat itu juga aku memutuskan untuk datang ke rumahnya pada hari lebaran yang kedua karena pada hari pertama, aku biasanya bersilaturahmi kepada sanak saudara dan juga tetangga sekitar rumah, dan dia pun mengiyakan permintaan itu. Dan keesokan harinya, dia menjemputku untuk datang ke kediamannya. Hati ini deg-degan luar biasa. Dia meminta izin kepada orang tua ku dan kami pun berangkat menuju rumahnya. Ternyata jarak rumah kami jauh sekali.

Sesampainya disana yang menyambut kami adalah adiknya yang paling kecil, anak laki-laki yang imut, pipinya yang begitu cubby membuatku ingin mencubit pipinya, Dhandy namanya. Kami masuk kedalam rumah, kemudian aku bersalaman dengan keluarganya. Keluarganya sangat baik sekali kepada saya. Sungguh keluarga yang harmonis. Ibunya, sosok ibu yang penyayang kapada keluarganya. Ayahnya, menurutku adalah orang yang tegas, bijaksana dan juga penyayang. Itu yang aku rasakan saat ku berada di kediamannya. Sikap ramah keluarganya membuatku nyaman berada di antara mereka. Dan tak terasa hari telah sore, aku berpamitan untuk pulang. Keluarganya menghantarku sampai teras rumah. Hari itu terasa sangat menyenangkan, tidak seperti yang ku bayangkan sebelumnya.

Keesokan harinya, kami memutuskan untuk bertemu kembali, karena lusa dia akan berangkat menuju Surabaya lagi. Kami menghabiskan waktu bersama, berjalan-jalan mengelilingi kota. Terasa sedih ketika mengingat dia akan pergi lagi, tapi itu sudah menjadi konsekuensi dari awal. Dan dia pun benar-benar pergi meninggalkanku untuk yang kesekian kalinya.
Sudah hampir enam bulan, pertanda Denni akan kembali ke Lampung, dia akan pulang sekitar pertengahan bulan Januari 2012, libur semester tiga. Rasa ingin bertemu dan rasa bahagia begitu terasa. Dan sekarang saya sabar menunggu kedatangannya. Dialah orang yang aku cintai setelah Allah dan kedua orang tua ku.

Satu setengah tahun, waktu yang belum cukup lama dia mengisi hari-hari ku yang dahulu kosong tanpa adanya seseorang dihati ini selain orang tua dan keluargaku. Dia lah yang pertama dan semoga menjadi yang terakhir untukku. Walaupun kami jarang bertemu, dan bisa dikatakan hanya dua kali saja bertemu dalam satu tahun, kami saling percaya jika kami tidak akan berpaling ke lain hati. Kami telah berjanji untuk saling setia meskipun banyak orang tidak setuju dengan pendapat kami jika pacaran jarak jauh akan sulit dipertahankan. Tapi kami akan membuktikan jika pacaran jarak jauh akan lebih baik, dan dapat dipertahankan daripada pacaran jarak dekat. Karena menurutku, orang yang tidak mampu mempertahankan hubungan jarak jauh adalah orang yang tidak mampu mengendalikan nafsunya. Akibatnya rasa ingin bertemu selalu hadir dibenaknya.

Jalan kami memang berbeda dari kebanyakan orang yang tidak bisa menjalani pacaran jarak jauh atau yang biasa mereka sebut Long Distance Relationship. Kami merasa nyaman dan baik-baik saja dengan keadaan ini. Dengan keadaan seperti ini, kami dapat memahami arti sebuah kesetiaan yang banyak orang katakan. Banyak orang berkata tentang kesetiaan, namun merka tidak dapat membuktikannya. Tetapi, di sini kami dapat membuktikannya. Saling menjaga komunuikasi adalah salah satu cara kami menjaga tali cinta yang telah kami buat selama ini. Adakalanya hubungan kami mengalami berbagai masalah, sampai kadang-kadang aku pun merasa tidak bisa menyelesaikannya dengan kepala dingin. Tetapi dengan rasa sabar yang luar biasa dia membimbingku agar menyelesaikan masalah dengan hati yang sabar dan tidak menggunakan emosi.

Mungkin Denni adalah orang yang benar-benar dapat menerimaku dengan segala kekuranganku, dia selalu mengerti keadaanku. Walaupun jarak kami jauh, disaat aku butuh bantuan, dia selalu membantuku semampunya. Dia berbeda dengan anak laki-laki pada zaman sekarang, dia orang yang baik, tidak nakal seperti kebanyakan anak muda sekarang ini, sholeh, taat pada orang tua, dan sayang kepada keluarganya. Orang yang benar-benar ku harapkan bisa menjadi imam keluargaku kelak.

Aku bahagia telah memilih dan menjadi pilihannya, semoga Allah SWT mengabulkan do’a kami, semoga kami akan selalu bersama-sama sampai kapan pun hingga maut yang akan memisahkan kami. Amin.
 Barokallahufik. ^_^










1 komentar:

Posting Komentar