BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Filsafat itu
menyelidiki, membahas, serta memikirkan seluruh alam kenyataan dan menyelidiki
bagaimana hubungan kenyataan satu dengan yang lain, jadi ia memandang satu
kesatuan yang belum dipecah-pecah serta pembahasannya secara keseluruhan,
sedangkan ilmu lain itu hanya menyelidiki sebagian saja dari alam maujud ini.
Ketika
mempelajari filsaat islam kita juga akan mempelajari tokoh filosof muslim
beserta pemikirannya.
Dan makalah ini
kita akan membahas salah satu dari filosof muslim yakni Ar-Razi beserta
karya-karyanya dan cara berfilsafatnya.
1.2
Rumusan Masalah
Setiap penelitian pada awalnya karena adanya masalah. Maslah
penelitian timbul karena adanya tantangan, kesangsian, atau kebingungan
terhadap sesuatu hal atau permaslahan.
Penyusunan makalah ini berusaha menjawab pertanyaan yang dirumuskan
sebagai berikut:
1.
Bagaimana riwayat hidup Ar-Razi?
2.
Apa sajakah
karya-karya Ar-Razi?
3.
Bagaimana cara Ar-Razi
berfilsafat?
1.3
Tujuan dan Kegunaan
1.
Tujuan:
Seperti yang
tersirat pada rumusan masalah diatas, makalah ini bertujuan untuk:
a.
Mengetahui riwayat hidup
Ar-Razi.
b.
Mengetahui
apa saja
karya-karya Ar-Razi.
c.
Mengetahui
bagaimana cara Ar-Razi
berfilsafat.
2.
Kegunaan:
Diharapkan
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi:
1.
Mahasiswa/i,
hasil makalah ini bisa menjadi masukan
dan pengetahuan serta menambah wawasan bagi mahasiswa/i dalam memahami
dan mempelajari Filsafat Umum.
2.
Khazanah
Ilmu pengetahuan, hasil makalah ini diharapkan bisa menjadi sumbangan pemikiran
bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
1.4
Metode Penyusunan
Landasan penulis dalam memperoleh kesimpulan yang diharapkan
diperlukan metode yang tepat dalam penyusunan makalah. Metode yang penulis
gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah studi pustaka, yaitu “suatu usaha
pengumpulan data dan informasi dengan satuan bermacam-macam material yang
terdapat diruang perpustakaan dan media internet.”.
Tentunya dengan harapan bahwa pengumpulan data melalui studi
pustaka yang penulis gunakan dapat memperoleh teori-teori atau pendapat para
filsuf tentang Ar-Razi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Biografi
Ar-Razi
Abu
Bakar Muhammad ibnu Zakaria Ibn Yahya al-Razi atau akrab disapa
dengan nama Al-Razi, dilahirkan dan di besarkan di daerah Rayy (suatu daerah
dekat Taheran persia) dan sekaligus tempat dimana dia meninggal. Ia di
lahirkan pada tanggal 1 sya’ban 251 H/865 M, pada zaman kejayaan
Abbasiyah dan meninggal dunia pada tanggal 5 Sya’ban 313 H/ 7 Oktober 925 M.
Pada masa mudanya ia pernah menjadi
tukang intan, penukar uang, dan pemain kecapi. Kemudian, ia menaruh perhatian
yang besar terhadap ilmu kimia dan meninggalkannya setelah matanya terserang
penyakit akibat eksperimen-eksperimen yang dilakukannya. Setelah itu ia beralih
dan mendalami ilmu kedokteran dan filsafat.[1]
Ia belajar ilmu kedokteran dan ilmu
hikmah pada pada Al-Balkhi. Ar-Razi juga banyak menimba ilmu kedokteran dan
ilmu-ilmu lainnya dari Abu Al-Husen Ali bin Rin Ath-Thabari. Ia pindah ke
Baghdad dan menjabat sebagai ketua rumah sakit Al-Adhudi.[2]
Pada umumnya ia terkenal, seperti yang dikatakan sendiri oleh seorang ahli,
sebagai “dokter Islam yang tidak ada bandingannya”. [3] Philip Hitti
adalah seorang ilmuan yang pernah memberikan komentar kepada
al-Razi dalam “History of The Arab”; bahwa al-Razi adalah seorang dokter
yang paling besar dan paling orisinal dari seluruh dokter muslim
dan juga seorang penulis yang produktif. Selain sebagai ahli dalam ilmu
kedokteran Al-Razi memiliki cara berfikir dan pendapat yang berlainan
dengan filusuf-filusuf Islam lainnya, dan perbedaaan yang paling ekstrim yang
dimiliki Al-Razi adalah tidak mengakui adanya wahyu dan adanya nabi.
Dengan tidak mengakui sumber-sumber pengetahuan lain seperti wahyu dan
adanya nabi maka tidak heran kalau karya-karyanya lebih banyak mendapat kecaman
dari pada dipelajari oleh filusuf-filusuf islam yang lain.[4]
Ar-Razi terkenal di Barat dengan nama Rhezes dari buku-bukunya tentang ilmu
kedoteran. Bukunya yang terkenal adalah tentang cacar dan campak yang
diterjemahkan dalam bebagai bahasa di Eropa dan pada tahun 1866 masih dicetak
untuk yang keempat puluh kalinya. Al-Hawi
merupakan
ensiklopedia tentang ilmu kedokteran, tersusun lebih dari 20 jilid dan mengandung
ilmu kedokteran Yunani, Syria, dan Arab.[5]
Selain ahli dalam ilmu kedokteran,
Ar-Razi adalah seorang mufassirin (ahli tafsir) dan ahli fiqh, seorang
teolog Islam dan filosof. Ar-Razi merupakan filosof Timur yang pertama pada
abad ke 6 H. Ia begitu serius menggeluti filsafat, mempelajari logika,
masalah-masalah alam (kosmologi) dan metafisika. Ia berguru pada Ibnu Sina, dan
mengomentari sebagian buku Ibnu Sina. Ar-Razi berusaha memadukan agama dengan
filsafat, dan mencampur filsafat dengan ilmu kalam (teologi Islam). Dalam al-Mahsal,
ia menempuh langkah tertentu dalam mengklasifikasikan dan mensisitematiskan
problematika teologis, yang kemudian langkah ini diikuti oleh generasi
sesudahnya, khususnya al-Iji dalam buku al-Muwaqif.[6]
2.2
Karya-Karya Ar-Razi
Sebagai
seorang filosof, Ar-Razi banyak mengarang buku fisika di bidang ilmu filsafat
dan bidang ilmiah. Karya ilmiah dan filsafat
ar-Razi tampaknya sabgat banyak. Ia sendiri mengaku dalam sebuah karya
autobiografis bahwa ia telah menyusun tidak kurang dari 200 karya.[7]
Ar-Razi
banyak menulis kitab yang temanya sangat bervariatif, meliputi ilmu logika,
metafisika, ketuhanan, psikologi, fisika, geografi, optik, kimia, kedokteran,
anatomi, kedokteran mata, geometri, musik, dan politik.
Diantara
kitabnya yang membahas tentang kedokteran diantaranya adalah:
1.
Al-Hawi, kitab ini merupakan karyanya yang paling agung dan penting di
bidang kedokteran.
2.
Al-Manshuri, yaitu kitab ringkas yang memuat sepuluh artikel tentang
kedokteran, pembedahan, pengobatan, makanan, minuman, serta pengobatan
luka-luka.
3.
Tibb Al-Fuqara,
4.
Al-Falij (Lumpuh),
5.
Al-Adwiyah (obat-obatan),
6.
Kitab
tentang mata, hati, jantung, dan persendian.[8]
Selain
kitab-kitab kedokteran, Ar-Razi juga memiliki karya-karya diberbagai bidang,
diantaranya:
1.
Sekumpulan
risalah logika berkenaan dengan kategori-kategori, demonstrasi, isagoge dengan
logika, seperti yang dinyatakan dalam ungkapan kalam Islam.
2.
Sekumpulan
risalah tentang metafisika pada umumnya.
3.
Materi
mutlak dan particular.
4.
Plenum
dan vacum, ruang dan waktu.
5.
Fisika.
6.
Bahwa
dunia mempunyai pencipta yang bijaksana.
7.
Tentang
keabadian dan ketidakabadian Tuhan.
8.
Sanggahan
terhadap Proclus.
9.
Opini
fisika “Plutarch” (Placita Philosophorum).
10.
Sebuah
komentar tentang Timaeus.
11.
Sebuah
komentar terhadap komentar Plutarch tentang Timeaus.
12.
Sebuah
risalah yang menunjukan bahwa benda-benda bergerak dengan sendirinya dan bahwa
gerakan itu pada hakikatnya adalah milik mereka.
13.
Obat
pencahar rohani.
14.
Jalan
filosofis.
15.
Tentang
jiwa.
16.
Tentang
perkataan imam yang tidak bisa salah.
17.
Sebuah
sanggahan terhadap kaum Mu’tazilah.
18.
Metafisika
menurut ajaran Plato.
19.
Metafisika
menurut ajaran Skrates.[9]
2.3
Filsafat Ar-Razi
A.
Lima Kekal (Kadim)
Filsafat Ar-Razi terkenal dengan ajarannya Lima yang Kekal, yakni:
1.
Al-Bari Ta’ala,
Tuhan Pencipta Yang Maha Tinggi dan Maha Sempurna.
2.
An-Nafsul- Kulliyah,
Jiwa yang Universal yang hidup dari jasad ke jasad sampai suatu waktu menemukan
kebebasan yang hakiki.
3.
Al-Hayulal-Ula, materi pertama yang dari padanya
Tuhan menciptakan dunia. Materi ini terdiri dari atom-atom yang mempunyai
volume. Atom-atom ini mengisi ruang sesuai dengan kepadatannya. Atom tanah
adalah yang paling padat, kemudian menyusul air, hawa dan api.
4.
Al-Makanul-Mutlaq
( ruang yang absolute) abadi tanpa
awal dan tanpa akhir.
Meburut Ar-Razi dua dari Lima yang Kekal itu hidup dan aktif:
Allah dan roh. Satu diantaranya tidak hidup dan pasif, yakni materi. Dua
lainnya tidak hidup, tidak aktif, dan tidak pasif, yakni ruang dan masa.[11]
1.
Allah ( al-Bari ta’ala) Tuhan pencipta
yang maha tinggi dan maha sempurna.
Allahlah yang menciptakan dan mengatur seluruh Alam, Allah menciptakan Alam bukan dari tiada, tetapi dari sesuatu yang telah ada, karena itu alam semestinya tidak kekal sekalipun materi pertama kekal sebab penciptaan disini dalam arti disusun dari bahan yang telah ada.[12]
2.
Roh (An-Nafsul kuliyyah)
Roh atau jiwa adalah merupakan sumber kekal yang kedua, hanya saja ia tidak seMaha dengan Tuhan, karena ia terbatas dan tentu saja dengan keterbatasannuya itu membutuhkan Tuhan. Hal itu terlihat ketika jiwa, tertarik dengan materi pertama yang juga kekal. Untuk memenuhi hal itu, Tuhan membantu jiwa dengan membentuk alam ini (termasuk manusia) melalui materi pertama dengan susunan yang kuat, sehingga jiwa dapat mencari kesenangan didalamnya. sekaligus melengkapinya dengan akal agar ia tidak memperturutkan hawa nafsu.
3.
Materi (Al-Hayulal Ula) Apa yang
ditangkap panca indra tentang benda.
ia adalah substansi yang kekal, terdiri dari
atom-atom. Ia kekal dan nantinya akan menjadi bahan terbentuknya alam. Didalam
prosesnya materi yang paling padat akan menjadi substansi bumi, yang lebih
renggang dari pada unsur bumi akan menjadi air, yang lebih renggang dari
air akan menjadi udara, dan berikutnya api.
4.
Ruang (Al-Makanul Mutlaq)
Menurut al-Razi, ruag adalah tempat keberadaan materi, kalau materi dikatakan kekal maka dia membutuhkan ruang yang kekal pula. Bagi al-razi ruang terbagi menjadi dua yakni ruang Universal (Mutlak) adalah ruang yang tidak terbatas dan tidak tergantung kepada dunia dan segala yang ada didalamnya. Sedangkan ruang tertentu (relatif) adalah sebaliknya.
5.
Waktu (Az-Zamanul Mutlaq)
Waktu menurut Ar Razi adalah subtansi kekal yang mengalir. Dimana ia dibagi manjadi dua yaitu waktu relative (terbatas) dan waktu Universal (mutlak). Waktu relatif (al mahsur/alwaqt), Ini bersifat partikular dan tidak kekal karena ia bergantung pada gerak falak, terbit dan tenggelamnya matahari. Sedangkan Waktu Universal (al-dahr), Inilah zaman yang tidak memiliki awal dan akhir. Ia terlepas sama sekali dari ikatan alam semesta dan gerakan falak.
Harun
Nasution dalam bukunya “Falsafat dan Mistisme” menjelaskan bahwa
menurut al-Razi, dari lima yang kekal itu ada dua yang hidup, dan aktif atau
bergerak yaitu Tuhan dan Jiwa atau Roh, satu darinya tidak hidup
dan pasif yaitu materi, dan dua lagi yang tidak hidup, tidak bergerak dan
tidak pula pasif yakni ruang dan waktu.[13]
Filsafat al-Razi sebenarnya diwarnai oleh
doktrinnya tentang lima ajaran tentang kekekalan tersebut dan kelima hal inilah
yang merupakan landasan ajaran Filsafat yang dibawa oleh al-Razi.
Menurut Dr.T.J. De Beor bahwa dasar-dasar metafisika ar-razi berasal dari doktrin-doktrin
tua seumpama pemikiran-pemikiran Anaxagoras, Empedokles, Mani dan lain-lainnya.
Dan puncak dari metafisika itulah Prinsip tentang lima yang Abadi (Five
Coenternal principles)[14].
B.
Akal, Kenabian,
dan Wahyu
Harus diakui
bahwa akal merupakan substansi sangat penting yang terdapat pada diri manusia
sebagai cahaya (nur) dalam hati. Cahaya ini, menurut Ar-Razi, bersumber
langsung dari Allah, sebagai utusan untuk menyadarkan manusia dari
kebodohannya.[15]
Ar-Razi dikenal
sebagai seorang rasionalis murni. Akal, menurutnya adalah karunia Allah yang
terbesar untuk manusia. Dengan akal manusia dapat memperoleh manfaat
sebanyak-banyaknya, bahkan dapat memperoleh pengetahuan tentang Allah. Oleh
sebab itu, manusia tidak boleh menyia-nyiakan dan mengekangnya, tetapi harus
memberikan kebebasan padanya dan harus merujuknya dalam segala hal.[16]
Harun Nasution,
mengatakan bahwa Ar-Razi adalah filosof muslim yang berani mengeluarkan
pendapat-pendapatnya sungguhpun ia bertentangan dengan paham yang dianut umat
islam. Ia juga menyimpulkan dari gagasan-gagasan Ar-Razi tersebut, yakni:
·
Tidak percaya pada wahyu,
·
Al-qur’an bukan mukjizat,
·
Tidak percaya pada nabi-nabi,
·
Adanya hal-hal yang kekal selain dari Allah.[17]
Menurut Abdul
Latif Muhammad Al-‘Abd bahwa tuduhan Ar-Razi tidak mempercayai kenabian adalah
didasarkan pada buku Makhariq al-Nabiya’.[18]
Buku ini sering dibaca dalam pengajian-pengajian kaum zindik, terutama
Qaramithah. Bagian dari buku ini terdapat dalam buku A’lam al-Nubuwwah karya
Abu Hatim al-Razi, yang tidak pernah ditemukan. Oleh karena itu, kebenarannya
diragukan. Andaikan buku itu ada tentu saja tidak bertentangan dengan buku-buku
Ar-Razi sendiri seperti al-Thibb al-Ruhani.
Dalam buku al-Thibb
al-Ruhani tidak ditemukan keterangan bahwa Ar-Razi mengingkari kenabian
atau agama, bahkan sebaliknya ia mewajibkan untuk menghormati agama dan
berpegang teguh kepadanya agar mendapatkan kenikmatan di akhirat berupa surge
dan mendapatkan keuntungan berupa ridho Allah.
Memang harus
diakui bahwa Ar-Razi member perhatian dan kepercayaan yang cukup besar kepada
akal. Indikasi ini dapat di dilihat bahwa ia menulis tentang akal pada bab
tersendiri dalam bukunya al-Thibb al-Ruhani. Namun, tidak sampai ia
meletakkan wahyu di bawah akal, apalagi tidak percaya pada wahyu.
Ar-Razi memang
lebih terkenal sebagai ahli dalam ilmu kedokteran (sains) ketimbang ilmu
spekulatif (filsafat). Oleh karena itu, dalam penjelasannya tentang akal
berdasarkan semangat rasional empiris eksperimental, hal yang mengesankan ialah
bahwa ia hanya percaya pada akal semata dan tidak lagi percaya kepada wahyu.
Seperti telah dikemukakan bahwa kenyataan ini tidak ditemukan dalam
tulisan-tulisannya.
Dari
uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak cukup bukti
untukmembenarkan tuduhan terhadap Ar-Razi. Sebaliknya, penulis berkeyakinan
bahwa ia adalah seorang intelektual muslim yang percaya kepada nabi dan wahyu.[19]
BAB III
KESIMPULAN
Abu
Bakar Muhammad ibnu Zakaria Ibn Yahya al-Razi atau akrab disapa
dengan nama Al-Razi, dilahirkan dan di besarkan di daerah Rayy (suatu daerah
dekat Taheran persia) dan sekaligus tempat dimana dia meninggal. Ia di
lahirkan pada tanggal 1 sya’ban 251 H/865 M, pada zaman kejayaan
Abbasiyah dan meninggal dunia pada tanggal 5 Sya’ban 313 H/ 7 Oktober 925 M.
Diantara
kitabnya yang membahas tentang kedokteran diantaranya adalah:
1.
Al-Hawi,
2.
Al-Manshuri,.
3.
Kitab
Tibb Al-Fuqara,
4.
Kitab
Al-Falij (Lumpuh),
5.
Kitab
Al-Adwiyah (obat-obatan),
Filsafat Ar-Razi terkenal dengan ajarannya
Lima yang Kekal, yakni:
1.
Al-Bari Ta’ala (Allah),
2.
An-Nafsul- Kulliyah
(Roh),
3.
Al-Hayulal-Ula (Materi),
6.
Al-Makanul-Mutlaq (Ruang),
7.
Az-Zamanul-Mutlaq
(Waktu).
Filsafat al-Razi sebenarnya diwarnai oleh
doktrinnya tentang lima ajaran tentang kekekalan tersebut dan kelima hal inilah
yang merupakan landasan ajaran Filsafat yang dibawa oleh al-Razi.
[1] Sirajuddin Zar.Filsafat Islam Filosof dan
Filsafatnya.(Jakarta:PT. Raja Grafindo
Persada,2010).hlm.113-114 yang dikutip dari M.M.Syarif, The History
of Muslim Philosophy hlm.434
[2] Ibrahim Madkour. Aliran dan Teori Filsafat
Islam.(Jakarta:Bumi Aksara.2004).hlm.106.
[3] Sudarsono.Filsafat Islam.(Jakarta:Rineka
Cipta.2004).hlm.54 yaqng dikutip dari Majid Fakhri ,Sejarah Filsafat Islam.hlm.150
[4] Miska Muhammad
Amien, Epistemologi Islam, Pengantar Filsafat pengetahuan Islam,(
Jakarta : UI Press,, 1985), Cet ke 1, hal .46
[5] Harun Nasution, Filsafat dan Mistisme
Dalam Islam,(Jakarta: Bulan Bintang), hlm.15
[6] Ibrahim Madkour. Aliran dan Teori
Filsafat Islam.(Jakarta:Bumi Aksara.2004). hlm 76
[7] Sudarsono. Op.Cit..hlm. 54
[8] Ibrahim Madkour Op.Cit,hlm.107.
[9] Sudarsono Op.Cit..hlm. 55 yang dikutip
dari Majid Fakhri. Sejarah Filsafat Islam,hlm.151-152
[11] Sirajuddin Zar,Op.Cit,hlm,117 yang
dikutip dari Harun Nasution,Filsafat dan Mistisme Dalam Islam
[12] Atang Abd Hakim
dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2000) Cet ke 3, hal 111
[14] Yusril Ali, Perkembangan
pemikiran Filsafat dalam Islam, (Jakarta : Bumi aksara), cet ke-1, hal 38
[15] Sirajuddin Zar,Op.Cit,hlm,121 yang
dikutip dari Ar-Razi, Al-Madhkal al-Saghir ila’ilm at-Thibb,dalam Abdul
Latif Muhammad al-Abd, Sitt Rasa’il min al-Turats al-Araby,(Kairo:
Maktabah al-Nahdlah al-Mishriyyah,1981),hlm,110
[16] Ibid,hlm.121
[18] Sirajuddin Zar,Op.Cit,hlm,122 yang dikutip dari Abdul Latif Muhammad
al-‘Abd,Ushul al-Fikr al-Falsafy’inda Abi Bakr Al-Razi,(Kairo:
al-Mathba’ah al-Fanniyyah al-Hadisah,1977),hlm.270
0 komentar:
Posting Komentar