My First Love


           Berawal pada tahun 2008. Saat itu, aku seorang Anggi Pratiwi masih duduk di bangku Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Kotabumi. Masa-masa pubertas baru saja dimulai. Saat itu pula aku baru mengenal kehidupan sebagai remaja yang pada umumnya telah mengenal teman lawan jenis. Sebelumnya aku hanya disibukkan dengan tugas-tugas sekolah yang banyak, sehingga tidak terpikir tentang cinta kepada lawan jenis dan mempunyai pacar. Aku berbeda dengan teman-teman, umumnya mereka telah mengenal pacaran sajak SMP. Saat aku SMP tidak ada sedikitpun rasa untuk memepunyai pacar seperti kebanyakan dari mereka. Mungkin karena aku agak sedikit tomboi, jadi teman laki-laki itu ku anggap sabagai teman yang kadang menjadi lawan berkelahi. Adapun salah satu dari mereka yang pernah ada feeling denganku, aku hanya tertawa dan mengabaikannya begitu saja.
            
              Ketika aku masuk ke SMK, aku mulai merubah penampilan. Aku sebagai seorang remaja muslim sadar akan kewajiban menutup aurat, sehingga aku memutuskan untuk bersekolah mengenakan jilbab. Sejak saat itu aku juga merubah perilaku ku sebagai seorang remaja putri yang penuh dengan rasa ingin tahu. Aku mulai mengenal yang namanya pacaran pada awal kelas XI. Saat itu temanku memeperkenalkanku dengan salah satu teman sekelasnya. Kebetulan kami berbeda sekolah, dia bersekolah di SMA 2 Kotabumi. Saat itu kami berkenalan hanya melalui Handphone, kami hanya SMSan.

            Awalnya kami berkenalan tanpa mengetahui bagaimana bentuk wajahnya. Sedikit penasaran, tapi aku pikir tidak masalah bagaimanapun wujud aslinya. Dia bernama Denni, saat itu dia berada satu tingkat diatasku. Hampir setiap hari kami SMSan, dia orang yang baik dan sedikit bersikap dingin dengan perempuan. Sekian lama aku memperhatikannya, dan aku semakin paham bagaimana sikap, sifat dan karakternya. Dia tidak seperti kebanyakan anak laki-laki lainnya. Dia begitu pendiam dan misterius atau sulit untuk ditebak.

            Beberapa bulan sudah kami berkenalan dan SMSan. Saat itu kami baru mengenal jejaring sosial Facebook, dan belum trend atau belum banyak yang mengenal facebook seperti saat ini. Aku menganjurkan dia untuk membuat akun facebook karena saat itu belum terlalu populer. Disisi lain aku juga ingin sekali melihat fotonya. Tetapi saat itu dia tidak menggunakan foto aslinya, melainkan hanya menggunakan sebuah foto animasi kartun. Semakin penasaran ku dibuatnya.

“Apa dia juga penasaran ya kepadaku?. Ah, mungkin aja enggak.” Kata hatiku.

 Kemudian aku pun memberanikan diri untuk memintanya mengupload foto wajahnya. Dia membalas SMS saya dengan sebuah senyuman dan menganjurkan agar saya terlebih dahulu yang mengupload foto saya. Entah tidak tahu mengapa saya langsung saja melakukan apa yang dianjurkan olehnya.

“Kak, upload sih foto kakak itu!” kataku.
“Iya, nanti aku upload fotonya. Tapi, foto kamu dulu ya yang diupload.” Jawabnya santai.
“Hmm..gimana ya. Ya udah deh kak, nanti aku upload fotoku.”
“Oke deh.” Balasnya.

            Foto pun telah berhasil ku upload, aku memberitahukannya bahwa aku telah melakukan apa yang dia anjurkan, kemudian aku menagih janjinya yang akan mengupload fotonya. Dan ia pun menepati janjinya.

“Wajah yang manis”, terucap didalam hatiku saat melihat fotonya.
 “Apa dia juga ngerasain seperti yang aku rasain ya pas lihat fotoku?”. Sebuah pertanyaan yang menggelikan. Aku hanya tersenyum membayangkannya.

            Setengah tahun sudah kami menjalin komunikasi. Aku merasakan sesuatu yang sebelumnya belum pernah ku rasakan. Rasanya hati begitu bahagia saat Denni SMS aku, dan saat sehari saja dia tidak SMS, entah mengapa hatiku menjadi gelisah tidak karuan. Mungkin karena kami terbiasa SMSan. Kata orang jawa, Weteng tresno jalaran seko kulino. Cinta datang karena terbiasa. Dalam hati kecil ku lahir seribu pertanyaan,

“Apa ini yang dinamain cinta?”. Hingga rasa itu terbukti jika aku benar menyukainya. “Apa yang telah terjadi? Ya Allah, akankah rasa ini terbalas? Apakah dia juga merasakan hal yang sama?.”

            Setiap hari aku semakin penasaran dengan seluk beluknya. Aku bertanya kepada teman saya tentang bagaimana keadaan dia, bagaimana keluarganya, dan masih banyak lagi. Ternyata dia dari keluarga yang berada. Aku sempat berkecil hati, dan mengurungkan perasaanku ini kepadanya. Betapa tidak, aku terlahir dari keluarga seorang petani, dan bukan dari kalangan orang yang berada.

“Apakah mungkin dia dan keluarganya mau menerimaku?”. Lagi-lagi hati ini mengajukan pertanyaan.

 Rasa ini biar kupendam saja, dan mungkin tidak ada seorangpun yang tahu. Tapi, sungguh sakit rasanya memendam perasaan cinta terhadap seseorang. Hingga suatu ketika aku melihat ada seorang perempuan mengomentari sebuah foto di album facebook milik Denni, hati ini rasanya sangat tidak menyukai perempuan itu, aku jealous!. Padahal posisi Denni saat itu belum menjadi pacarku.

“Alangkah bodoh!, apa yang udah aku lakuin?, Denni bukan siapa-siapaku, jadi buat apa aku jealous.” Ngomel sendiri.

Rasa itu masih tersimpan dihati ini, entah sampai kapan ku mampu mengungkapkan rasa ini kepadanya. Suatu ketika, setelah hampir satu tahun kami menjalin komunikasi, ada yang berbeda pada sikap dan perilakunya kepadaku. Denni terlihat lebih peduli kepadaku, bahkan dia pernah berkata kepadaku,

“Ada yang kurang kalau kamu enggak SMS.” Sungguh bahagia saat itu.
“Apakah cintaku akan terbalas?” pikirku.

Hari demi hari kurasakan adanya perubahan darinya. Hingga pada suatu hari dia pernah memanggilku dengan sebutan “sayang”, aku terkejut bukan main. Rasanya, hati ini seperti ingin meledak. Betapa bahagianya malam itu. Pagi harinya saya menceritakan semua tentang apa yang terjadi malam itu  kepada teman sebangku aku di sekolah, kemudian dia munyuruhku menanyakan apa maksud Denni memanggilku dengan sebutan seperti itu. Kemudian aku pun mengiyakan  apa yang dia katakan. Dengan hati yang deg-degan, aku memberanikan diri bertanya kepada Denni apakah maksudnya memanggilku dengan sebutan “sayang”. Setelah menunggu beberapa lama, handphone saya bergetar, ternyata ada satu pasan dari Denni. Hati pun semakin berdegup kencang bagai genderang mau perang, seperti salah satu lirik lagu milik Ahmad Dani. Dengan hati yang berasa seperti permen Nano-nano yang rame rasanya, aku membuka pesan itu, dan ternyata... dia hanya membalas dengan sebuah simbol smile yang ada di handphone.

“Uh, sebel banget rasanya.” Dalam hati saya.
 Tetapi tak lama kemudian Denni mengirimkan satu buah pesan lagi. Dia mengatakan,
“Apa kamu nyaman dipanggilan begitu?”
 Aku pun hanya membalas dengan simbol smile.
“Kalau kamu merasa nyaman aku panggil begitu, apa aku boleh manggil kamu begitu?, Dan apa aku boleh sayang sama kamu?”

Serasa bumi terbelah dua, aku tidak mampu berkata-kata lagi dan bingung harus menjawab bagaimana. Akhirnya aku mengajukan pertanyaan kepadanya,

“Apa kakak mau menerima keadaanku yang mungkin enggak sepadan dengan keadaanmu?, kita juga belum pernah ketemu, apa kakak mau terima aku dengan segala kekurangan ini?”
Dia mengatakan,
“Kita manusia sama aja, enggak ada yang membedakan kecuali amal shalehnya, insya Allah aku akan terima kamu apa adanya dan saya enggak akan nuntut  kamu lebih, kamu sendiri gimana?, apa kamu juga bisa terima aku apa adanya?. Kalau kamu belum tau jawabannya, aku kasih waktu kok buat kamu mikirin jawaban atas pertanyaanku tadi”. Semakin luluh tak berdaya hati ini dibuatnya.

Pada hari itu juga, tepatnya pada tanggal  24 Mei 2010, aku menerimanya sebagai teman pribadi, bisa dibilang pacar. Sungguh bahagia rasaku terbalas. Aku memutuskan untuk memilihnya sebagai pacar aku walaupun raga belum pernah berjumpa, mungkin karena dengan sikap dan gaya bicaranya, dia telah mampu menyihir hati aku. Aku bisa merasakan jika Denni adalah orang yang baik dan sholeh, terlihat dari setiap tutur katanya saat berbicara denganku. Kami memulai semuanya dengan begitu indah. Kesan yang indah untuk dikenang.

Belum lama kami pacaran, dia sudah lulus sekolah dan akan melanjutkan ke perguruan tinggi. Dia memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya ke Institut Tekhnologi Sepuluh November (ITS) di Surabaya. Sedikit muncul rasa sedih di dalam hati ini. Namun demi cita-cita dan masa depannya, aku pun turut mendukung keputusannya.

Kami memutuskan untuk bertemu pada saat hari raya Idul Fitri 1431 H. Denni datang kerumahku untuk pertama kalinya. Aku hanya memberinya alamat, dan dia berusaha menemukan rumahku meskipun dengan perjuangan karena dia belum mengetahui dimana rumahku sebelumnya.

Akhirnya, kami pun bertemu. Rasa hati tidak karuan, deg-degan, penasaran, senang, bercampur menjadi satu. Saat bertemu, kami bersalaman dan duduk diruang tamu. Kami saling terdiam, tidak tahu entah apa yang akan dibicarakan. Setelah lama terdiam, aku memecahkan kesunyian itu dengan menyodorkan sebuah pertanyaan padanya. Dia menjawabnya dengan sedikit malu. Saat sunyi terdiam seribu kata kembali tarulang, entah tidak tahu apa yang ada dipikiran kami saat itu. Kebetulan lebaran saat itu adalah hari jum’at, sehingga Denni memutuskan untuk pergi ke masjid dekat dengan rumahku untuk menunaikan shalat jum’at karena hari menjelang siang.

Selepas shalat jum’at Denni kembali kerumahku, dia mengajakku bersilaturahmi kerumah temanku. Tetapi aku harus meminta izin terlebih dahulu kepada orang tua ku. Setelah mendapatkan izin, kami memutuskan untuk berangkat. Perasaanku tentu senang saat itu.

”apakah dia merasakan hal yang sama?”

Pertanyaan itu muncul kembali. Dan kami pun telah sampai dirumah salah satu temanku. Tak terasa waktupun berjalan begitu cepat dan terasa singkat. Akhirnya kami pulang karena hari telah sore dan juga karena ibuku berulang kali mengirimkan SMS menanyakan sudah pulang atau belum.
Beberap hari setelah kami bertemu, Denni datang kembali kerumahku, dia mengatakan,
 ”Aku pamit ya, besok aku mau berangkat ke Surabaya, baik-baik ya di sini, insya Allah aku pulang pas liburan semesteran.”

Sambil menyerahkan beberapa batang cokelat kepadaku, karena dia tahu kalau aku sangat menggemari cokelat. Perasaan sedih tentu saja ada. Bagaimana tidak, kami baru saja bertemu dan kini kami akan berpisah kembali. Aku hanya berpesan,

“Jangan lupa sholat, jaga kesehatan dan jaga hati saat disana ya kak.”
Dia tersenyum dan berkata,
 “Tentu aja.”

Akhirnya, keesokkan harinya Denni pergi ke Surabaya, tetapi aku tidak ikut melepas kepergiannya. Aku hanya bisa berkomunikasi lewat SMS. Dan aku menjalani hari-hari seperti biasanya, tanpa ada dia disini. Dan menunggu kedatangannya enam bulan yang akan datang. Itulah waktu yang musti kami tempuh untuk dapat bertemu kembali, karena Denni pulang ke Lampung hanya saat libur semester saja.

Enam bulan berjalan begitu cepat, Denni kembali ke Lampung. Aku merasa senang karena akan bertemu dengannya lagi. Saat itu aku sudah berada di kelas XII, sehingga aku sering di jemputnya saat pulang les di sekolah. Saat itu, dia sering membelikan saya ice cream dan cokelat. Dia hanya libur  2 minggu, jadi terasa sangat singkat. Dan itu terjadi terus menerus hingga sekarang.

Tidak terasa, pada tanggal 24 Mei 2011, setahun sudah perjalanan kami. Dihari itu kami merasa bahagia, beribu harapan telah dimunajatkan kepada Allah SWT.

Ya Allah…
Jadikanlah hubungan kami tidak melebihi batasan larangan-laranganMu
Mendapatkan berkah dan Ridho dariMu
 Semoga cinta kami tak melebihi cinta kepadaMu dan cinta kepada rosulMu

Saat liburan semester dua, liburannya cukup lama, kira-kira sekitar 2 bulan lamanya, sekaligus libur bulan Ramadhan. Saat itu juga aku telah lulus dari SMK, dan aku pun sudah diterima di STAIN Jurai Siwo Metro pada prodi Ekonomi Islam. Ketika akan melakukan daftar ulang, aku di hantarnya ke kota Metro. Dia menemaniku daftar ulang dari awal hingga selesai. Terkadang dia terlihat lelah dan sesekali aku memintanya untuk duduk saja. Siang itu turun hujan yang cukup lebat sehingga agak menghambat proses daftar ulang sehingga kami selesai pada pukul 14.30 WIB. Akhirnya kami memutuskan untuk segera pulang karena hari sudah sore dan jarak antara kota Metro dan Kotabumi cukup jauh.

Entah tidak tahu mengapa aku merasa nyaman dan bahagia saat bersamanya. Dia begitu baik kepadaku. Sebelumnya, aku belum pernah temukan orang sebaik dia. Dia begitu mengertiku, perhatian, dan masih banyak lagi kebaikan-kebaikan yang aku temukan pada dirinya. Kali ini aku benar-banar merasakan adanya cinta yang tulus untukku.

Pada tanggal 26 Juli 2011 yang lalu, usiaku genap 18 tahun. Tetapi aku tidak dapat bertemu dengannya dikarenakan saat itu aku sedang mengikuti OPAK di STAIN Jurai Siwo Metro. Mungkin dia cukup kecewa, tapi itu semua tidak bisa diganggu gugat.

“Kak, maaf ya. Aku enggak bisa ketemu kakak pas hari ulang tahunku. Ya, mau gimana lagi, ini juga kepentingan kampus kak.” Kataku.
“Iya, enggak apa-apa  kok.” Jawabnya.
“makasih ya kak udah mau mengerti aku.” Ucapku.
“iya sayang, sama-sama.” Sahutnya sambil tersenyum.

 Tepat pukul 00.00 WIB, Denni mengirimkan ucapan selamat ulang tahun untukku, sebuah kata-kata sederhana yang dia ciptakan untukku.

Detik berlalu tanpa atau dengan kau beri makna
Jam berganti tanpa atau dengan pedulimu
Hari-hari bergati tanpa atau dengan tanpa baktimu
Selamat ulang tahun ku ucapkan kepadamu kekasihku
Meski tak semahal berlian
 Meskipun tak sewangi bunga mawar
Juga tak seindah rangkaian puisi
Hanya kalimat sederhana yang mampu ku buat
Dengan do’a disetiap kata yang terucap
Bergeraklah perlahan wahai sang waktu
Berhentilah sejenak walau tuk sekali ini saja
Karena sedetikpun aku tak boleh terlambat
Kadang hadiah terbaik datang dari sebuah pemahaman
Maka renungkanlah sejenak dihari kelahiranmu
Kini dirimu telah tumbuh dewasa
Happy birthday sayang
Semoga senantiasa sehat selalu dan berada dalam lindunganNya.
Amin.

Aku senang sekali, meskipun aku tidak dapat bertemu dengannya di hari bahagia itu. Setelah OPAK selesai, aku langsung pulang ke Kotabumi. Saat itu dia mengatakan akan menjemputku pulang kerumah ketika saya sampai gang menuju rumahku. Tetapi ternyata dia tertidur dan tidak menjemputku. Aku sempat kecewa saat itu, dia meminta maaf kapadaku karena dia tidak sengaja tertidur. Entah tidak tahu kenapa, aku menjadi marah kepadanya. Mungkin rasa kecewaku ini yang membuatku sangat marah kepadanya. Tetapi dengan sabarnya, dia meminta maaf kepadaku, hingga membuatku menangis di depannya. Dia pun tampak bingung ketika  aku menangis di hadapannya dan berusaha untuk menenangkan hatiku. Hingga akhirnya semua masalah terselesaikan.

Saat memasuki bulan Ramadhan, kami sering bertemu untuk berkeliling-keliling saja, dengan kata lain ngabuburit. Biasanya kami pergi ke taman kota, atau kami hanya berkeliling-keliling saja. Seperti biasanya, dia menjemputku pukul 16.00 WIB dengan mengendarai motor. Tidak jarang kami singgah untuk membeli makanan untuk berbuka puasa. Dia juga memberikan sebuah boneka Teddy Bear besar berwarna biru muda sebagai hadiah ulang tahun untukku. Aku merasa dia sangat menyayangiku.

Saat pertengahan bulan Ramadhan dia bertanya,
“Kamu mau enggak aku ajak ke rumah pas lebaran?, sekalian kenalan sama keluarga, biar akrab gitu.” Tentu aku kaget.
“Hmm, gimana ya kak?. Aku malu sama keluarga kakak.”
“Kenapa mesti malu to?” jawabnya dengan cepat.
“Ya…aku malu aja kak.”
“Udah, tenang aja. Keluargaku biasa-biasa aja kok, enggak kayak yang kamu pikirin.” Tegasnya.
“Ya udah deh, aku mau kak.”
“Nah, gitu dong dari tadi.” Sahutnya sambil tersenyum.

Dan hari itu akhirnya tiba, hari terakhir puasa di bulan Ramadhan. Rasa bahagia karena besok lebaran tetapi bercampur galau karena jika  besok lebaran, berarti aku akan bertemu dengan keluarganya. Tetapi pada malam yang seharusnya menjadi malam takbir itu tiba-tiba dikagetkan dengan keluarnya keputusan bahwa 1 Syawal 1432 H jatuh satu hari yang akan datang . Walaupun lebaran dimundurkan, aku senang karena setidaknya rasa deg-degan ini berkurang.

Akhirnya, saat itu tiba. Malam puncak 1 Syawal, malam dimana seluruh umat islam mengumandangkan takbir. Malam yang begitu indah, malam yang penuh dengan suka cita, malam kemenangan bagi umat islam. Pagi hari yang luar biasa pada 1 Syawal, dimana saat membuka mata, disambut dengan alunan-alunan takbir yang menggema. Subhanallah, sugguh nikmat rasanya jika setiap hari seperti pagi 1 Syawal.

Selepas shalat Ied di masjid, Denni menghubungiku, mengucapkan mohon maaf lahir dan batin. Disaat itu juga aku memutuskan untuk datang ke rumahnya pada hari lebaran yang kedua karena pada hari pertama, aku biasanya bersilaturahmi kepada sanak saudara dan juga tetangga sekitar rumah, dan dia pun mengiyakan permintaan itu. Dan keesokan harinya, dia menjemputku untuk datang ke kediamannya. Hati ini deg-degan luar biasa. Dia meminta izin kepada orang tua ku dan kami pun berangkat menuju rumahnya. Ternyata jarak rumah kami jauh sekali.

Sesampainya disana yang menyambut kami adalah adiknya yang paling kecil, anak laki-laki yang imut, pipinya yang begitu cubby membuatku ingin mencubit pipinya, Dhandy namanya. Kami masuk kedalam rumah, kemudian aku bersalaman dengan keluarganya. Keluarganya sangat baik sekali kepada saya. Sungguh keluarga yang harmonis. Ibunya, sosok ibu yang penyayang kapada keluarganya. Ayahnya, menurutku adalah orang yang tegas, bijaksana dan juga penyayang. Itu yang aku rasakan saat ku berada di kediamannya. Sikap ramah keluarganya membuatku nyaman berada di antara mereka. Dan tak terasa hari telah sore, aku berpamitan untuk pulang. Keluarganya menghantarku sampai teras rumah. Hari itu terasa sangat menyenangkan, tidak seperti yang ku bayangkan sebelumnya.

Keesokan harinya, kami memutuskan untuk bertemu kembali, karena lusa dia akan berangkat menuju Surabaya lagi. Kami menghabiskan waktu bersama, berjalan-jalan mengelilingi kota. Terasa sedih ketika mengingat dia akan pergi lagi, tapi itu sudah menjadi konsekuensi dari awal. Dan dia pun benar-benar pergi meninggalkanku untuk yang kesekian kalinya.
Sudah hampir enam bulan, pertanda Denni akan kembali ke Lampung, dia akan pulang sekitar pertengahan bulan Januari 2012, libur semester tiga. Rasa ingin bertemu dan rasa bahagia begitu terasa. Dan sekarang saya sabar menunggu kedatangannya. Dialah orang yang aku cintai setelah Allah dan kedua orang tua ku.

Satu setengah tahun, waktu yang belum cukup lama dia mengisi hari-hari ku yang dahulu kosong tanpa adanya seseorang dihati ini selain orang tua dan keluargaku. Dia lah yang pertama dan semoga menjadi yang terakhir untukku. Walaupun kami jarang bertemu, dan bisa dikatakan hanya dua kali saja bertemu dalam satu tahun, kami saling percaya jika kami tidak akan berpaling ke lain hati. Kami telah berjanji untuk saling setia meskipun banyak orang tidak setuju dengan pendapat kami jika pacaran jarak jauh akan sulit dipertahankan. Tapi kami akan membuktikan jika pacaran jarak jauh akan lebih baik, dan dapat dipertahankan daripada pacaran jarak dekat. Karena menurutku, orang yang tidak mampu mempertahankan hubungan jarak jauh adalah orang yang tidak mampu mengendalikan nafsunya. Akibatnya rasa ingin bertemu selalu hadir dibenaknya.

Jalan kami memang berbeda dari kebanyakan orang yang tidak bisa menjalani pacaran jarak jauh atau yang biasa mereka sebut Long Distance Relationship. Kami merasa nyaman dan baik-baik saja dengan keadaan ini. Dengan keadaan seperti ini, kami dapat memahami arti sebuah kesetiaan yang banyak orang katakan. Banyak orang berkata tentang kesetiaan, namun merka tidak dapat membuktikannya. Tetapi, di sini kami dapat membuktikannya. Saling menjaga komunuikasi adalah salah satu cara kami menjaga tali cinta yang telah kami buat selama ini. Adakalanya hubungan kami mengalami berbagai masalah, sampai kadang-kadang aku pun merasa tidak bisa menyelesaikannya dengan kepala dingin. Tetapi dengan rasa sabar yang luar biasa dia membimbingku agar menyelesaikan masalah dengan hati yang sabar dan tidak menggunakan emosi.

Mungkin Denni adalah orang yang benar-benar dapat menerimaku dengan segala kekuranganku, dia selalu mengerti keadaanku. Walaupun jarak kami jauh, disaat aku butuh bantuan, dia selalu membantuku semampunya. Dia berbeda dengan anak laki-laki pada zaman sekarang, dia orang yang baik, tidak nakal seperti kebanyakan anak muda sekarang ini, sholeh, taat pada orang tua, dan sayang kepada keluarganya. Orang yang benar-benar ku harapkan bisa menjadi imam keluargaku kelak.

Aku bahagia telah memilih dan menjadi pilihannya, semoga Allah SWT mengabulkan do’a kami, semoga kami akan selalu bersama-sama sampai kapan pun hingga maut yang akan memisahkan kami. Amin.
 Barokallahufik. ^_^










Galau

GALAU!! Sebuah kata yang populer belakangan ini dikalangan anak muda. Sebenarnya galau itu tidak hanya anak muda yang merasakan, tetapi juga dirasakan oleh semua manusia di muka bumi ini.Sering kali mereka mengungkapkan kegalauannya tersebut diberbagai jejaring sosial seperti facebook, twitter dan sebagainya. Sebenarnya galau itu merupakan perasaan tidak menyenangkan yang ada dalam hati seseorang. Rasa gundah gulana akibat sesuatu yang terjadi yang menjadikan beban pikiran di kehidupan orang tersebut.

Biasanya orang yang sedang galau cenderung murung dan menyendiri karena dia merasa tidak ingin diganggu oleh siapapun. Seseorang akan mengalami galau jika ada sesuatu yang membuat hatinya sedih. Perasaan sedih tersebut akan menjadi beban pikiran dan ia akan terus menerus memikirkan hal tersebut. Sebaiknya jika anda merasa galau pergilah untuk melakukan sesuatu yang mampu membuat anda lupa akan hal yang membuat anda merasa galau. Pastikan anda tidak malakukan hal anarkis disaat anda sedang merasakan galau. Karena disaat anda merasakan galau, anda sulit untuk mengontrol emosional anda. ^_^

Anggi's History

 Namaku Anggi Pratiwi. Biasa disapa Anggi. Lahir di salah satu desa di Lampung Utara tepatnya di desa Trimodadi kecamatan Abung Selatan pada hari Senin, 26 Juli 1993 dari pasangan Rukidi dan Sri Wiyati. Aku dua bersaudara, adikku laki-laki yang bernama Vicky Nuruddin. 


Pertama kali sekolah di SD Negeri 2 Trimodadi pada tahun 1999. tidak melalui pendidikan TK dan sederajat. Lulus SD, lanjut ke SMP 3 Abung Selatan dan lulus pada tahun 2008. Kemudian aku melanjutka karirku sebagai siswi ke SMK Negeri 1 Kotabumi dengan jurusan yang amat sangat membuatku pusing, ya apalagi kalo bukan Akuntansi. Pada tahun 2011, aku menaikkan sedikit jabatanku sebagai siswi menjadi mahasiswi di Sekolah Tinggi Negeri di Kota Metro, Lampung. Berharap lepas dari Akuntansi pasca lulus SMK, tapi Allah berkehendak lain. Aku masuk pada Program Study Ekonomi Islam yang tidak lepas pada hitung menghitung Akuntansi. Tapi semua pasti akan berjalan baik-baik saja.

Aku tipe orang yang egois, temperamental, gak jelas, gak cantik, gak pinter, gak menarik dan gak banget. Ya, itulah aku. Tapi semua itu nikmat rasanya jika bersyukur kepada Allah. Alhamdulillah...



Ini adalah keluargaku. Bapak adalah sosok yang paling disegani di rumah dan lingkungan rumah. Meskipun galak dan suka marah-marah, tapi beliau begitu sayang dengan anak-anaknya. Ibuku orang yang luar biasa. Insan yang tiap hari menjadi chef di rumah ini begitu sabar ngehadapi aku, bapak dan adik. Keluargaku adalah keluarga yang sederhana. Hidup apa adanya dan tak ada yang istimewa. 










Ini awal kisahku di blog yang baru saja ku buat. Rabu, 22/2/2012.

Makalah Mandiri Ilmu Mantiq_Al-Qiyas_Anggi Pratiwi_Ekonomi Islam Kelas C.


MAKALAH
AL-QIYAS
(Syllogisme)
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Mantiq
Dosen pengampu: Drs. MAT JALIL. M.Hum

Oleh:
ANGGI PRATIWI
NPM: 1172084
Jurusan: Syari’ah
Program Studi: Ekonomi Islam

SEKOLAH TINGGI  AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
JURAI SIWO METRO
2011 / 2012


KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan kepada Allah SWT. Tuhan pencipta alam semesta yang menjadikan bumi dan isinya dengan begitu sempurna. Tuhan yang menjadikan setiap apa yang ada dibumi sebagai penjelajahan bagi kaum yang berfikir. Dan sungguh berkat limpahan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini demi memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Mantiq.
Penyusunan makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapakan banyak terimakasih.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, sehingga dengan segala kerendahan hati kami mengharapakan saran dan kritik yang bersifat membangun demi lebih baiknya kinerja kami yang akan mendatang.
Semoga makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan informasi yang bermanfaat bagi semua pihak.

                                                                                                            Penulis
                                                                                                Metro, 11 Novenber 2011

                                                                                                       Anggi Pratiwi







DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR …………………………………………………………….             
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………...              
BAB I                         PENDAHULUAN
A.    Latar belakang …………………………………………………            
B.     Rumusan masalah ……………………………………………..             
C.     Tujuan dan Kegunaan ………………………………………....             
D.    Metode penulisan ………………………………………………            
BAB II                        PEMBAHASAN
A.    Pengertian Qiyas ……………………………………………… 
B.     Ajzaul Qiyas …………………………………………………..             
C.     Macam-macam Qiyas …………………………………………              
D.    Syarat-syarat Qiyas ……………………………………………             
E.     Rukun Qiyaas ………………………………………………….            
F.      Asyakalul Qiyas Wadhurubuhu ……………………………….             
G.    Hukum-hukum Qiyas ……………………………………….....                         
BAB III          KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BIOGRAFI PENULIS




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Hidup bagi manusia berarti rangkaian keputusan yang tiada henti-hentinya. Keputusan itu adakalanya dikatakan dalam bentuk bahasa, adakalanya dinyatakan dalam bentuk tindakan dan adakalanya tinggal saja dalam batin manusia. Adapun keputusan tersebut merupakan hasil dari qiyas (Syllogisme), yaitu pengambilan kesimpulan dimana kita menarik dua macam keputusan (qadhiyah) yang mengandung unsur bersamaan dan salah satunya harus universil, suatu keputusan ketiga yang kebenarannya sama dengan kebenaran yang ada pada kedua keputusan yang terdahulu itu.
Agar qiyas menjadi jalan pikiran yang lurus sehingga mencapai kebenaran, maka qiyas harus tunduk pada kebenaran ketentuan. Jika qiyas telah mengikuti aturan-aturan ini maka ia akan menghasilkan kebenaran logis atau kebenaran formal. Sedangkan kebenaran objektif atau kebenaran material akan tercapai jika premis-premisnya telah dibuktikan kebenarannya.

B.     Rumusan Masalah
Setiap penelitian pada awalnya karena adanya masalah. Maslah penelitian timbul karena adanya tantangan, kesangsian, atau kebingungan terhadap sesuatu hal atau permaslahan.
Penyusunan makalah ini berusaha menjawab pertanyaan yang dirumuskan sebagai berikut:
·         Apakah yang dimaksud dengan qiyas?
·         Apasajakah bagian-bagian dari qiyas?





C.    Tujuan dan Kegunaan
1.      Tujuan:
Seperti yang tersirat pada rumusan masalah diatas, makalah ini bertujuan untuk:
a.       Mengetahui apakah maksud dan arti qiyas.
b.      Mengetahui dan memahami qiyas dan bagian-bagiannya.

2.      Kegunaan:
Diharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi:
1.      Siswa dan guru, hasil makalah ini disa menjadi masukan  dan pengetahuan serta menambah wawasan bagi siswa dan guru dalam memahami dan mempelajari Ilmu Mantiq.
2.      Khazanah Ilmu pengetahuan, hasil makalah ini diharapkan bisa menjadi sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

D.    Metode Penyusunan
Landasan penulis dalam memperoleh kesimpulan yang diharapkan diperlukan metode yang tepat dalam penyusunan makalah. Metode yang penulis gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah studi pustaka, yaitu “suatu usaha pengumpulan data dan informasi dengan satuan bermacam-macam material yang terdapat diruang perpustakaan dan media internet.”.
Tentunya dengan harapan bahwa pengumpulan data melalui studi pustaka yang penulis gunakan dapat memperoleh teori-teori atau pendapat para ahli ilmu mantiq tentang Al-qiyas.







BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN   QIYAS

Qiyas menurut bahasa berarti menyamakan sesuatu, sedangkan menurut ahli ushul fiqh adalah menpersamakan hukum suatu peristiwa yang tidak ada nash hukumnya, dengan suatu peristiwa yang ada nash hukumnya, karena persamaan keduanya itu dalam illat hukumnya.

Qiyas ialah merupakan kalimat yang tersusun dari beberapa qadhiyah, jika qadhiyah itu benar, maka lazim daripadanya menurut keadaan qadhiyah itu, menimbulkan suatu qadhiyah yang lain dan baru, seperti:
1.       Besi itu, ialah logam.
2.      Tiap-tiap logam ialah unsur.
3.      Maka besi itu merupakan unsur.
                                    Kalau diperhatikan sungguh-sungguh qadhiyah yang tersusun dalam contoh ini, kita peroleh suatu penjelasan bahwa sesungguhnya hal itu menyadarkan sesuatu kepada sesuatu yang lain dengan perantaraan  suatu yang ketiga (sebagai perantaraan) untuk menghubungkan keduanya.
Jelasnya kita menyandarkan pada besi setelah disandarkan masing-masing kepada yang ketiga, ialah logam, maka logam sebagai hal yang ketiga yang ada hubungannya atau persamaan yang disandarkan kepada masing-masing, dari besi dan unsur dan dengan perantaraan yang ketiga, dapat diambil kesimpulan bahwa hubungan antara besi dan unsur, maka sesungguhnya hal yang ketiga ini menurut hakikatnya sebagai ukuran yang dapat menghubungkan antara besi dan unsur. Dari sebab itu istidlal yang semacam ini disebut qiyas.
Definisi Qiyas (Syllogisme) ialah suatu pengambilan kesimpulan dimana kita menarik dua macam keputusan (qadhiyah) yang mengandung unsur bersamaan dan salah satunya harus universil, suatu keputusan ketiga yang kebenarannya sama dengan kebenaran yang ada pada kedua keputusan yang terdahulu itu.
B.     AJZAUL-QIYAS
Qiyas merupakan perbandingan antara dua perkara dengan perkara yang ketiga, maka sesungguhnya qiyas itu harus mengandung tiga lafadh. Dari ketiga lafadh itu tersusun tiga qadhiyah seperti berikut:
1.      Qadhiyah pertama, mengandung dan menisbahkan salah satu dari dua perkara kepada perkara yang ada persamaannya.
2.      Qadhiyah yang kedua, mengandung atau menisbahkan perkara yang kedua kepada perkara yang ada persamaannya.
3.      Qadhiyah yang ketiga, mengandung atas nisbah salah satu dari dua perkara kepada perkara yang lain.
Dua qadhiyah yang pertama dinamakan muqaddimah qiyas. Adapun lafadh yang ketiga dinamakan hududul qiyas.
            Dan bahwasanya had yang nampak dalam salah satu dari dua muqaddimah dan dalam natijah dan sebagai maudhu’ dari natijah itu disebut haddul ashghar (minor term), karena biasanya lebih khusus dari had yang lain.
                 Adapun had yang nampak dalam masing-masing dua muqaddimah dan menunjukkan adnya persamaan yang dapat disandarkan pada maasing-masing daripada dua perkara yang dimaksud untuk diperbandingkan antara keduanya yang disebut haddul ausath (midle term).
                 Sebenarnya ajzaul qiyas ialah merupakan tiga hudud dan tiga qadhiyah. Adapun natijah adalah sebagai kelaziman, setelah di susun nya dua muqaddimah  dengan secara benar-benar, adapun natijah sebelum tersusunnya dua muqaddimah itu, ketika fikiran kita menertibkan qiyas dan mengadakannya atas dasar qiyas tadi, maka natijah tadi dinamakan matlub. Adapun qadhiyah yang tersusun daripadanya suatu qiyas dinamakan madatul qiyas.
Adapun penyusun yang tertentu secara khusus yang terjadi dalam madatul qiyas disebut suratul qiyas.
C.    MACAM-MACAM QIYAS

1.      Qiyas istisnai
Qiyas istisnai ialah merupakan qiyas yang telah disebutkan dalam qiyas itu ‘ain natijah atau naqidh secara nyata (bil fi’li).
Dinamakan qiyas istisnai karena mengandung adat istisnai yaitu lafadh lakin tetapi (qiyas istisnai dalam bahasa lain disebut disjunctive syllogisme).
Adakalanya qiyas natijahnya telah disebutkan dalam qiyas itu secara nyata (bil fi’li) seperti:
            Jika bentuk ini merupakan segitiga, maka jumlah sudutnya sama dengan dua kali sudut tegak lurus (180o). Tetapi oleh karena bentuk ini merupakan segitiga maka jumlah sudutnya sama dengan dua kali sudut tegak lurus.
Tetapi karena jumlah sudutnya tak sama dengan sudut tegak lurus, maka bentuk ini tidak berbentuk segitiga. Maka natijahnya ialah bentuk ini tidak berbentuk segitiga, itu telah disebutkan dalam salah satu dari dua muqaddimah, yang naqidhnya ialah: bentuk ini segitiga, maka ini merupakan naqidh dari bentuk ini, tidak berbentuk segitiga.
2.      Qiyas iqtirani
Qiyas iqtirani adalah qiyas yang dua muqaddimahnya mengandung natijah secara  prinsip  (bil quwah) tidak secara nyata (bil fi’li).
Dalam qiyas ini natijahnya disebutkan secara prinsipnya (bil quwah tidak bil fi’li), artinya bahwa keadaan dua  muqaddimah dalam qiyas mengandung madatan natijah (bahan-bahan) tetapi tidak mengandung bentuk natijah.


Bagian-bagian qiyas iqtirani
Qiyas iqtirani dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a.       Qiyas iqtirani hamli (Categorical Syllogisme)
Suatu qiyas yang tersusun dari qadhiyah-qadhiyah hamliyah yang sederhana saja.
Contoh:
·         Manusia itu merupakan binatang
·         Tiap binatang membutuhkan makanan
·         Manusia membutuhkan makan
b.      Qiyas iqtirani syarthi (Hypotical Syllogisme)
Suatu qiyas yang tersusun dari qadhiyah-qadhiyah syarthiyah baik muttashilah maupun munfashilah.
Contoh:
1.      -     Tiap-tiap matahari terbit, datanglah siang.
-          Tiap-tiap siang para pekerja giat bekerja di lapangan.
-          Maka tiap-tiap matahari terbit para pekerja giat bekerja di lapangan.
2.      - Setiap keadaan barang melimpah di pasar maka sedikit        permintaan.
-          Setiap sedikit permintaan, maka harga menurun.
-          Setiap  keadaan barang melimpah di pasar maka harga menurun.
3.      -     Pelajar adakalanya rajin dan adakalanya malas.
-          Pelajar yang rajin mempunyai harapan sukses.
-          Pelajar adakalanya malas, dan adakalanya mempunyai harapan sukses.
Jika kita perhatikan ketiga contoh diatas, dapat kita ketahui pada contoh pertama kedua-duanya tersusun dari dua qadhiyah syarthiyah muttashilah. Contoh kedua tersusun dari qadhiyah syarthiyah muttashilah dan qadhiyah hamliyah. Dan pada contoh yang ketiga tersusun dari qadhiyah syarthiyah munfashilah dan qadhiyah hamliyah.
D.    SYARAT-SYARAT  QIYAS

Syarat-syarat qiyas diantaranya sebagai berikut:
1.      Tidak ada natijah (konklusi) dalam qiyas yang tersusun dari dua muqaddimah (premis) yang masing-masing juz-iyah (particular).
2.      Jika salah satu dari dua muqaddimah itu juz-iyah, maka natijahnya juga juz-iyah.
3.      Antara juz-iyah kubra dan salibah shughra tidak bernatijah.

E.     RUKUN QIYAS

1.      Al-Asl
 adalah  malasalah yang telah ada hukumnya, berdasarkan nash, ia disebut al Maqis ’alaih ( yang diqiyaskan kepadanya ), Mahmul ’alaih  ( yang dijadikan pertangungan ), musyabbah bih ( yang diserupakan dengannya).

2.       Al Far’u
adalah masalah baru yang tidak ada nashnya atau tidak ada hukumnya, ia disebut Maqis (yang diqiyaskan) AlMahmul (yang dipertangungkan), dan al musyabbah (yang diserupakan).

3.       Hukum Asl
adalah  hukum yang telah ada pad asl (pokok) yang berdasarkan atas nash atau ijma’, ia dimaksudkan untuk menjadi hukum pada al far’u (cabang).


4.       Al Illat
adalah suatu sifat yangada pada asl yaang  padanya lah dijadikan sebagai dasr untuk menentuan hukum pokok, dan berdasarkan adanya keberadaanya sifat itu pada cabang (far),  maka ia disamakan dengan pokoknya dari segi hukum.

Syarat-syarat i’llat
·         Illat itu adalah sifat yang jelas, yang dapat dicapai oleh panca indra.
·         Merupaka sifat yang tegas dan tidak elastis yakani dapat dipastiakan berwujudnya pada furu’ dan tidak mudah berubah.
·         Merupakan sifat yang munasabah , yakni ada persesuian antara hukum da sifatnya.
·         Merupakan sifat yang tidak terbatsas pada aslnya , tapi bisa juaga berwujud pad beberapa satuan hukum yang bukan asl.

F.     ASYKALUL QIYAS WADHURUBUHU
(Bentuk-bentuk qiyas dan bagian-bagiannya)

1.      Asyakalul Qiyas

Telah kita ketahui bahwa qiyas harus terdiri dari tiga qadhiyah dan tiga had. Dari tiga had itu antara lain ad yang berulang-ulang pada dua muqaddimah, yang disebut haddul ausath. Dan dua had lainnya masing-masing muncul, sekali pada muqaddimah shughra dan sekali pada natijah.
Contoh:
§  Muqaddimah shughra : Alkhamru musykirun.
§  Muqaddimah kubra     : Kullu musykirin haram.
§  Natijah                                    : Alkhamru haram.
Pada contoh diatas, yang mengalami perulangan pada dua muqaddimah ialah musykirun yang disebut sebagai haddul ausath (midle term). Dan dua had lainnya muncul pada:
a.       Muqaddimah shughra, yaitu Alkhamru yang disebut sebagai haddul ashgar (minor term), dan
b.      Nampak pada natijah yaitu haram yang disebut haddul akbar (major term).
Haddul ausath dalam dua muqaddimah berbeda terlataknya. Dalam muqaddimah shughra menjadi mahmul (predikat) dan dalam muqaddimah kubra menjadi maudhu’ (subyek) atau sebaliknya. Untuk membuat natijah, kita harus menghilangkan haddul ausath yaitu unsure-unsur yang sama pada dua muqaddimah, pada contoh diatas ialah muskir, kemudian haddul ashghar (Alkhamru) disusun menjadi maudhu’ dan haddul akbar (haram) menjadi mahmul, sahingga menjadi susunan ”Alkhamru haram”. Inilah yang disebut dengan natijah (konklusi).
Keadaan  letak haddul ausath dalam muqaddimah disebut syaklul qiyas (bentuk qiyas). Menurut letaknya, syaklul qiyas dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1.      Syakal pertama
Yaitu jika haddul  ausath menjadi mahmul dalam muqaddimah shughra dan menjadi maudhu’ dalam muqaddimah kubra.
Contoh:
a.       Semua pisang mengandung vitamin.
b.      Semua yang mengandung vitamin berguna untuk kesehatan.
c.       Semua pisang berguna untuk kesehatan.
Sehingga:
a = b : b = c ; maka a = c.

2.      Syakal kedua
Yaitu jika haddul ausath menjadi mahmul  dalam dua muqaddimah (shughra dan kubra).
Contoh:
a.       Tiap-tiap perak itu logam.
b.      Tidak satu pun, tumbuh-tumbuhan itu logam.
c.       Jadi tidak satu pun, perak itu tumbuh-tunbuhan.
Sehingga:
A = b ; c = b ; maka a = c.

3.      Syakal ketiga
Yaitu jika haddul ausath dalam qiyas menjadi maudhu’ dalam dua muqaddimah.
Contoh:
a.       Tiap-tiap segitiga merupakan bidang datar.
b.      Tiap-tiap segitiga mempunyai tiga sudut.
c.       Sebagian bidang datar mempunyai tiga sudut.
Sehingga:
b = a ; b = c ; maka a = c.
4.      Syakal keempat
Yaitu jika haddul ausath menjadi maudhu’ dalam muqaddimah shughra dan menjadi mahmul dalam muqaddimah kubra.
Contoh:
a.       Semua tentara berseragam.
b.      Semua yang berseragam gagah.
c.       Sebagian yang gagah adalah tentara.
Sehingga:
b = a : c = b ; maka a = c.
      Empat syakal diatas dalam logika umum dibentuk dalam rumus sebagai berikut:
 Syakal 1               Syakal 2          Syakal 3          Syakal 4
M       P                  P          M         M         P          P          M
S        M                 S          M         M         S          M         S
­_______                ________        _______          _______­
S        P                  S          P          S          P          S          P
Keterangan:
M = Medium (haddul ausath).
S = Subyek (maudhu’).
P = Predikat (mahmul).
      Dalam ilmu mantiq, orang mementingkan peninjauan keputusan-keputusan yang bermacam-macam pada perbedaan kuantitetnya. Apabila perbedaan kuantitet/kam dan kualitet/kaif digabungkan maka terdapat empat kemungkinan bagi suatu kalimat atau keputusan. Empat kemungkinan tersebut ialah:
1.      Mujabah kulliyah,
2.      Salibah kulliyah,
3.      Mujabah juz-iyah, dan
4.      Salibah juz-iyah.

Untuk mempermudah tanda penggunaan empat kemungkinan tersebut digunakan rumus logika umum dengan tanda-tanda sebagai berikut:
1.      Mujabah kulliyah dengan rumus A (Universal affirmative).
2.      Salibah kulliyah dengan rumus E (Universal negative).
3.      Mujabah juz-iyah dengan rumus I (Particular affirmative).
4.      Salibah juz-iyah dengan rumus O (Particular negative).

2.      Dhurubul qiyas

Dhurubul qiyas adalah keadaan nisbah dua muqaddimah, satu sama lain dalam kam dan kaifnya (kuantitet dan kualitet). Artinya kedua muqaddimah itu adakalanya kulliyah semua atau juz-iyah semua, dan adakalanya mujabah semua atau salibah semua, atau satu kulliyah dan yang lainnya juz-iyah, adapun satu salibah dan yang lainnya mujabah, atau sabaliknya. Keadaan yang demikian disebut dharab.
Setuap syakal memiliki bermacam-macam dharab, menurut akal ada 16 syakal. Jumlah ini merupakan hasil perkalian dari muqaddimah shughra dengan muqaddimah kubra yang masing-masing terdiri dari kulliyah, salibah, mujabah, dan salibah.
Jika setiap syakal memiliki 16 dharab, dan semua ada 4 syakal, maka jumlah  keseluruhannya  menjadi 64 dharab. Tetapi tidak semua dari jumlah tersebut  akan mengeluarkan natijah yang baik, artinya ada natijah yang baik dan ada natijah yang tidak baik. Syakal yang bisa mengeluarkan  natijah dengan baik adalah syakal yang memenuhi syarat yang dipandang dari kam (kuantitet) dan kaifnya (kuantitet).

Syarat-syarat syakal yang baik:
1.      Syakal pertama, muqaddimah shughranya harus mujabah dan muqaddimah kubranya harus kulliyah.
2.      Syakal kedua, muqaddimah kubranya harus kulliyah, sedangkan kaifnya harus berbeda, artinya jika dalam muqaddimah shughra mujabah, maka dalam muqaddimah kubra salibah dan sebaliknya.
3.      Syakal ketiga, muqaddimah shughra harus mujabah, dan salah satu dari dua muqaddimah (sekurang-kurangnya) harus kulliyah.
4.      Syakal keempat, tidak berkumpul dua khisah (salibah dan juz-iyah) dalam dua muqaddimah atau salah satunya, kecuali (boleh berkumpul) jika shughranya mujabah juz-iyah dan kubranya salibah kulliyah.
Dengan dipenuhi syarat-syarat ini, maka syakal-syakal itu akan mengeluarkan natijah dengan baik.
1.      Syakal pertama
Untuk syakal pertama, dapat mengeluarkan natijah yang baik, empat dharab.
a.       Shughra dari kulliyah mujabah dan kubra dari kulliyah mujabah. Natijanya kulliyah mujabah.
b.      Shughra kulliyah mujabah, kubra kulliyah salibah. Natijahnya kulliyah salibah.
c.       Shughra juz-iyah mujabah, kubra kulliyah mujabah. Natijahnya juz-iyah mujabah.
d.      Shughra mujabah juz-iyah, kubra kulliyah salibah. Natijahnya  juz-iyah salibah.

2.      Syakal kedua
Untuk syakal kedua dapat mengeluarkan natijah yang baik, ada empat dharab.
a.       Shughra kulliyah mujabah, kubra kulliyah salibah. Natijahnya kulliyah salibah.
b.      Shughra kulliyah salibah, kubra kulliyah mujabah. Natijahnya kulliyah satijah.
c.       Shughra juz-iyah mujabah, kubra kulliyah salibah. Natijah juz-iyah salibah.
d.      Shughra juz-iyah salibah, kubra kulliyah mujabah. Natijahnya juz-iyah salibah.

3.      Syakal ketiga
Syakal ketiga mengeluarkan natijah yang baik, ada 6 dharab.
a.       Shughra kulliyah mujabah, kubra kulliyah mujabah, natijahnya juz-iyah mujabah.
b.      Shughra juz-iyah mujabah, kubra kulliyah salibah. Natijahnya juz-iyah salibah.
c.       Shughra juz-iyah mujabah, kubra kulliyah mujabah. Natijahnya juz-iyah mujabah.
d.      Shughra kulliyah mujabah, kubra juz-iyah mujabah. Natijahnya juz-iyah mujabah.
e.       Shughra kulliyah mujabah, kubra juz-iyah salibah. Natijahnya juz-iyah salibah.
f.       Shughra juz-iyah mujabah, kubra kulliyah salibah. Natijahnya juz-iyah salibah.

4.      Syakal keempat
Syakal keempat yang dapat mengeluarkan natijah yang baik  ada lima dharab.
a.       Shughra kulliyah mujabah, kubra kulliyah mujabah. Natijahnya juz-iyah mujabah.
b.      Shughra kulliyah mujabah, kubra juz-iyah mujabah. Natijahnya juz-iyah mujabah.
c.       Shughra kulliyah salibah, kubra kulliyah mujabah. Natijahnya kulliyah salibah.
d.      Shughra  kulliyah mujabah, kubra kulliyah salibah. Natijahnya kulliyah salibah.
e.       Shughra juz-iyah mujabah, kubra kulliyah salibah. Natijahnya kulliah salibah.

G.    HUKUM-HUKUM QIYAS

1.      Hukum qiyas ittishali
a.       Mengistisnaikan (mengecualikan) ‘ain muqaddim, menatijahkan ‘ain tali.
Contoh:
·         Apabila matahari tenggelam, maka wajib shalat maghrib.
·         Akan tetapi matahari telah tenggelam.
·         Maka wajib shalat maghrib.

b.      Mengecualikan naqidh tali, menatijahkan naqidh muqaddam.
Contoh:
·         Apabila derajat panas orang sakit sampai 42oC, maka tidak ada harapan hidup.
·         Akan tetapi harapan hidup masih ada.
·         Maka derajat panas orang sakit tidak sampai 42oC.

Karena tali lebih umum daripada muqaddam, jadi ketetapan umum tidak melazimkan membawa katetapan yang lebih khusus, seperti adanya binatang tidak melazimkan adanya manusia.
Jadi sesungguhnya, muqaddam lebih khusus dari tali, maka menafikan yang khusus tidak melazimkan yang umum, seperti adanya manusia tidak melazimkan adanya binatang.

2.      Hukum qiyas istisnai infishali

a.       Haqiqiyah
1.      Istisnai salah satu dari ujung dua qadhiyah, menatijahkan naqidh yang lain. Seperti:
·                     Bilangan adakalanya genap, dan adakalanya ganjil.
·                     Akan tetapi bilangan itu genap.
·                     Maka tidak ganjil.
( akan tetapi bilangan itu ganjil, maka tidak genap).

2.      Istisnai naqidh salah satu dari dua ujung qadhiyah, menatijahkan ‘ain yang lainnya. Seperti:
·                     Bilangan itu adakalanya genap, adakalanya ganjil.
·                     Akan tetapi tidak benar.
·                     Maka ganjil.
(akan tetapi bilangan itu tidak ganjil, maka genap.

b.      Mani’atul jam’in
Menistisnaikan salah satu ‘ain (muqaddam/tali), menatijahkan naqidh yang lain.
Contoh:
·         Benda itu adakalanya putih dan adakalanya hitam.
·         Akan tetapi benda itu putih.
·         Maka tidak hitam.
(akan tetapi benda itu hitam, maka tidak putih)
Adapun istisnai dari salah satu naqidh dari ujung (muqaddam dan tali), maka hal ini tidak menatijahkan sama sekali.

c.       Mani’atul khulluwin
Mengistisnaikan salah satu naqidh dari dua ujung, menatijahkan ‘ain yang lainnya.
Contoh:
·         Benda ini adakalanya logam dan adakalanya emas.
·         Akan tetapi benda ini tidak logam.
·         Maka tidak emas.
***


BAB III
KESIMPULAN

Bertitik tolak dari hasil penyusunan makalah yang telah diuraikan pada bagian pemahasan penulis. Dapat disimpulkan bahwa,  qiyas merupakan suatu pengambilan kesimpulan dimana kita menarik dua macam keputusan (qadhiyah) yang mengandung unsur bersamaan dan salah satunya harus universil, suatu keputusan ketiga yang kebenarannya sama dengan kebenaran yang ada pada kedua keputusan yang terdahulu itu.
Adapun bagian-bagian dari qiyas, yaitu yang pertama qiyas istisnai ialah merupakan qiyas yang telah disebutkan dalam qiyas itu ‘ain natijah atau naqidh secara nyata (bil fi’li). Dinamakan qiyas istisnai karena mengandung adat istisnai yaitu lafadh lakin tetapi (qiyas istisnai dalam bahasa lain disebut disjunctive syllogisme). Yang kedua yaitu  qiyas iqtirani adalah qiyas yang dua muqaddimahnya mengandung natijah secara  prinsip  (bil quwah) tidak secara nyata (bil fi’li). Dalam qiyas ini natijahnya disebutkan secara prinsipnya (bil quwah tidak bil fi’li), artinya bahwa keadaan dua  muqaddimah dalam qiyas mengandung madatan natijah (bahan-bahan) tetapi tidak mengandung bentuk natijah.










DAFTAR PUSTAKA

Mu’in Taib Thahir Abd, Ilmu Mantiq (Logika)­­­­­­, Penerbit Widjaya Jakarta.


























BIOGRAFI

            Anggi Pratiwi, dilahirkan di Trimodadi, Abung Selatan Lampung Utara, pada tanggal 26 Juli 1993. Anak pertama dari dua bersaudara, putri dari bapak Rukidi dan Ibu Sri wiyati.
            Pendidikan dasar ditempuh penulis pada SD N 2 Trimodadi Kecamatan Abung Selatan, lulus pada tahun 2005. Kemudian malanjutkan pendidikan di SMP N 3 Abung Selatan, lulus pada tahun 2008. Kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Kotabumi, lulus pada tahun 2011.
            Setelah tamat dari SMK tersebut, penulis melanjutkan pendidikan di STAIN Jurai Siwo Metro pada Jurusan Syari’ah, Program studi Ekonomi Islam dimulai pada tahun 2011.